[FF] The Missing “GO ARA” – Chapter 3 (Second Invasion)

“SECOND INVASION”

09.00 a.m.

Go Ah Ra’s house

Keesokan paginya, Ara dan Jun Hee telah siap untuk pergi menikmati jelajaran pusat perbelanjaan di Seoul. Keduanya tampil cantik nan modis bak gadis perawan yang sedang dimadu cinta, memancarkan pesona cantik dari keluarga Go.

Eomma, aku pergi dulu, ya. Ingin jalan-jalan,” pamit Jun Hee pada Eomma-nya.

Arasseo, uri Jun Hee… Hati-hati, ya,” balas Go Hyun Joong.

“Oh, aku bersama Ara, Eomma,” timpalnya kemudian yang mendadak langsung membuat wajah senang Go Hyun Joong berubah menjadi cemberut dan tak senang.

Eomma, Ara pergi bersama Jun Hee-Eonni, ya” pamit Ara.

“…,” hening tak ada jawaban dari Hyun Joong, kemudian ia beranjak dari tempat semulanya ia duduk, mengabaikan Ara begitu saja.

Jun Hee yang dengan jelas melihat kejadian pahit ini langsung menarik Ara keluar rumah dan mendorongnya dengan mudah ke dalam mobil. Dan langsung mengemudikan mobilnya dengan kencang tanpa banyak pikir panjang lagi.

***

“Enaknya kita ke mana, Ara-yah?” tanya Jun Hee antusias sekali.

“Terserah Eonni saja,” balas Ara murung.

“Ara-yah, kita pergi bukan untuk melihatmu sedih seperti itu. Sudah, tak usah dipikirkan yang baru saja terjadi.”

“…..”

“Oh, come on, Go Ara! Cheer up!” semangat dari Jun Hee terus menghibur dan menggoda Ara untuk ceria kembali.

“Hmm… OK, Eonni! Kita ke Seoul City Mall saja. Aku ingin berbelanja banyak hal di sana,” ajak Ara yang mulai bangkit kembali semangatnya.

Something like make-up? Seperti itu, Ara-yah?”

“Apapun. Alat make-up, baju, sepatu, aksesoris. I want it all,” canda Ara yang semakin membara dengan semangatnya.

“OK! Khajja,” ujar Jun Hee. “Seoul City Mall, uri kkajja!”

Jun Hee dan Ara berbelanja sepuas hati mereka. Seakan uang mereka tak pernah habis dan seakan tak ada hari esok menanti akan kebutuhan-kebutuhan yang lainnya. Hari menjelang siang dan perut mereka menanti akan asupan makanan yang masuk ke dalamnya. Mereka memutuskan untuk having lunch terlebih dahulu sebelum melanjutkan agenda shopping yang selanjutnya.

“Ara, perut kita perlu diberi makan sepertinya. Kamu tidak lapar?” tanya Jun Hee.

“Tentu saja lapar, Eonni-ya!”

“Ayo kita makan dulu, Ara-yah!” bujuk Jun Hee.

Arasseo, kita makan dulu. Aku tahu restoran yang bagus di dekat sini, Eonni. Tempatnya sedikit eksklusif, hehe..”

“Terserah kamu saja, yang jelas aku hanya ingin makan. Sudah sangat lapar, Ara-yah,” kata Jun Hee tak sabaran.

Arasseo. Come, dara waa...”

***

Ara menuntun Eonni-nya ke sebuah restoran bernama ‘Romance Resto’, tempat yang menjadi pilihan Jung Yong Hwa saat keduanya makan bersama setelah kepulangannya dari London. Mereka memesan makanan dan juga menunggu makanan dalam jangka waktu yang cukup lama untuk dapat menikmati makanan tersebut. Saat menunggu datangnya makanan yang membutuhkan waktu tidak sebentar itu, terdengar suara namja yang seperti memanggil-manggil nama “Jun Hee-sshi”. Go Jun Hee yang merasa namanya terpanggil menolehkan kepala dan mencari sumber suara yang menyerukan namanya 2 kali berturut-turut tersebut. Sedangkan Ara yang tidak merasa berkepentingan dengan sekitar tak acuh dan sibuk memainkan jarinya pada handphone miliknya.

“Ara-yah, tidakkah kamu dengar seperti ada yang memanggil namaku?”

Mwo? Jinjja?” sahutnya memalingkan pandangan dari handphone. “Mungkin hanya perasaanmu, Eonni. Mungkin Eonni berhalusinasi karena saking laparnya, haha,” goda Ara pada Jun Hee.

“Ah, tidak mungkin. Mana mungkin aku salah dengar,” elak Jun Hee.

“Aku juga tidak tahu, Eonni,” balas Ara lagi, kali ini ia benar-benar tidak meninggalkan mata, tangan serta jari-jemarinya dari handphone yang sedari tadi digenggamnya.

Dan, benar saja apa yang dirasa dan didengar Jun Hee. Suara seorang namja yang memanggil-manggil nama Jun Hee itu tidak lain dan tidak bukan adalah Yoochun. Dan tentu saja panggilan itu ditujukannya bagi Ara yang ia kenal sebagai Jun Hee. Memang tak diragukan lagi keberadaan Yoochun di Romance Resto ini, bagaimana tidak, sudah menjadi kesepakatan mereka berlima, bersama Jaejoong, Yunho, Yoochun, Junsu dan Changmin untuk selalu menghabiskan waktu makan siang di resto itu setiap harinya. Tentu tak ada kata berberat hati juga untuk mencapai resto yang merupakan resto terdekat dari letak kantor di mana keempat dari Yunho, Yoochun, Junsu dan Changmin ini bekerja. Berbeda kasus lagi dengan Jaejoong yang bekerja di rumah sakit agak jauh dari Romance Resto ini, maka tak jarang sesekali atau dua kali atau mungkin lebih dalam sebulan Jaejoong tidak dapat bergabung bersama empat teman lainnya.

 “Hokshi, namja itu, yang menuju kemari yang memanggil namaku ya, Ara-yah?” ujar Jun Hee sambil menunjuk arah jam 2 baginya.

“Yang mana?” tanya Ara sambil menolehkan kepalanya ke arah telunjuk Jun Hee. Namun, begitu terkejutnya Ara.

“Jun Hee-sshi,” panggil seseorang di samping Ara. Sontak Ara terkejut dan langsung berdiri.

Ne,” respon dari Jun Hee, Eonni Ara. “Kau mengenalku?”

“Yu …. Yooochun-sshi?” Ara meyakinkan dirinya sendiri tentang siapa yang ada di hadapannya kini.

“Kau mengenal namja ini, Ar …”

Eonni, igeon nae chingu-ya. Aku harus berbicara dengannya sebentar saja,” timpal Ara memutus pertanyaan Eonni-nya.

Geundae, changkemaneyo. Apa yang kau maksud dengan Jun Hee? Kau memanggil namaku….” suara Jun Hee sudah tak terdengar lagi baik oleh Yoochun maupun Ara karena segera setelah Ara berkata kepada Jun Hee ia langsung pergi menarik Yoochun keluar dari restoran tersebut. Sekarang ini posisi keduanya yaitu berada di depan restoran di lantai bawah. Ara sendiri bingung harus mengawali dari mana pembicaraannya kali ini.

“Aku tak menyangka kita bisa bertemu sesering ini, Jun Hee-sshi. Memang kalau sudah ditakdirkan untuk bertemu, ya bertemu terus, hehe,” ucap Yoochun cengingisan. Lawan bicaranya hanya memandangnya kosong tak bersuara.

“Yoochun-sshi, ada yang harus kuberitahukan kepadamu, ini menyangkut diriku,” ujar Ara mulai jujur dengan kebohongan identitas namanya.

Mwogayo? Katakan saja padaku. Jika kamu butuh sesuatu pasti akan kubantu,” tegas Yoochun dengan ramah menawarkan diri untuk membantu.

“Bukan itu, Yoochun-shhi. Aku ingin memberitahumu suatu hal. Dan hal itu tidak boleh diketahui oleh yeoja yang tadi sedang bersamaku, Yoochun-sshi. Dia adalah Eonni-ku,” terang Ara.

“Aaa, dia kakakmu. Pantas sama cantiknya.”

Ara menghela nafas, “Hal yang perlu kusampaikan adalah ….. bahwa ….. aku sebenarnya ….. namaku bukan ….. ,” Ara mulai ragu mengatakannya. Ia menghela nafas panjang untuk kedua kalinya dan hendak memulai untuk berbicara lagi dengan menatap kedua mata lawan bicaranya. Namun pandangan sang lawan bicaranya sudah tak bersama Go Ara lagi.

“Yoochun-sshi? Kau mendengarkanku?” Ara meyakinkan.

Ani, chokkii, aku mendapati keempat temanku sedang memperhatikan dan sepertinya menguping pembicaraan kita kali ini. Pasti timbul kecurigaan tersendiri dari mereka melihat kita berdua seperti ini,” jelas Yoochun menceritakan hal yang mengganggu pandangannya selagi ia berbicara dengan Ara, atau Jun Hee baginya.

Ara menengok ke arah teman-teman yang dimaksudkan Yoochun. Ia semakin panjang menghela nafas, dari raut wajahnya terlihat sangat jelas bahwa ia sudah mulai tak senang dan tak ingin mengulangi bahkan melanjutkan pengakuannya tadi.

Tanpa basa-basi, Ara pergi meninggalkan Yoochun begitu saja. Yoochun yang melihatnya heran dan mencoba memanggil ‘Jun Hee-sshi’ pada Ara. Tetapi tak ada respon balik. Yang sedari tadi mengintip dan menguping hanya tertawa terkikih-kikih melihat peristiwa tersebut.

Ara kembali ke hadapan Yoochun dan menegaskan kembali tujuannya berbicara dengan Yoochun, “Jangan pernah memanggil namaku lagi. Jangan pernah memanggil nama Go Jun Hee mulai dari sekarang ini. Dan mungkin lebih baik jika kita tidak bertemu lagi,” tegasnya. Hal ini menimbulkan keheranan dan tekanan mendalam bagi hati Yoochun. Yang kemudian ditambah dengan tawa keras dari keempat teman yang lainnya yang mengawasinya sedari tadi.

Ara kembali dan mendapati Jun Hee memandang masam ke arahnya.

“Makanannya sudah jadi dari tadi, Go Ara! Aku menunggumu hingga perutku rasanya sudah mati rasa akan rasa lapar,” ujar Jun Hee kesal terhadap adiknya yang satu ini.

Mian, Eonni! Seharusnya tidak perlu menungguku. Cepat selesaikan makan ini dan mari kita pulang saja!” ujar Ara sudah tidak bernafsu lagi

“Hya! Ada apa denganmu sebenarnya?”

Nothing,” balas Ara singkat. Keheningan menyelimuti keduanya selama mereka memakan santapan siangnya masing-masing.

***

Di sisi lain, lima namja yang bergerombol layaknya boyband F5 mulai memasuki restoran, mencari tempat duduk untuk mereka berlima. Sembari menunggu datangnya pesanan mereka, mulailah perbincangan di antara kelimanya mulai menjadi.

Hya, Yoochun-ah, kamu apakan Jun Hee hingga dia seperti ngambek padamu, bahkan sampai tidak mau dipanggil olehmu lagi?” tanya Jaejoong penasaran.

“Hmm, masalah itu. Entahlah, dia mendadak jadi sangat aneh.”

“Mungkin kau yang membuatnya jadi aneh, Hyung. Kelakuan sok-sok-an-mu itu membuatnya jadi ngambek padamu. Hahahaha…” sambung Changmin menertawakan Hyung-nya.

            “….”

“Oh, aku jadi ingat. Tadi sih dia seperti hendak mengatakan sesuatu padaku. Apa mungkin dia marah padaku karena aku belum sempat mendengarkan ceritanya tetapi aku terlanjur memergoki kalian mengintip diriku ya?”

“Hmm, mungkin saja,” ceplos Yunho.

“Aaah, kalian siiih!” tuduh Yoochun pada keempat lainnya. “Padahal, bukankah ini seperti takdir? Selama 3 hari berturut-turut kita…ehm lebih tepatnya aku dipertemukan terus dengan Jun Hee yang baru kita kenal 2 hari yang lalu. Apa mungkin benar dia takdirku, ya? Dia mungkin adalah jodohku yang sebenarnya. Hahaha..”

“Jodoh yang berang dan tak mau dipanggil lagi olehmu,” celetuk Changmin, memancing candaan sekaligus ledekan yang dengan sukses mengundang gelak tawa mereka berlima.

“Ah, entah jodoh, entah takdir atau apapun itu, biarkan saja. Kalau memang beneran jodoh nanti kan juga pasti kembali lagi. Tapi kalau memang dia tak mau lagi berhubungan denganku mau bagaimana lagi, silahkan saja. Aku juga sudah punya pacar ini. Dia kan hanya sebagai sambilan bagiku. Tak mau ya sudah, terserah. Haha…..” gumam Yoochun.

            “Sambilan katamu?” celetuk Jaejoong tak terima dengan ucapan Yoochun.

            “Hyung! Jahat sekali dirimu,” lanjut Junsu.

            “Dasar kau playboy, Yoochunnie,” tambah Yunho.

            “Baiklah, terus saja katai aku. Lanjutkan saja! Changmin-ah, kamu tidak mau ikut mencemoohku? Tak apa, aku sudah siap,” tantang Yoochun dengan muka PD tingkat dewa sambil cengingisan.

            “Ani, tidak ada gunanya,” ceplos Changmin singkat dan masa bodoh. “Geundae, Hyung, aku hanya penasaran dengan satu hal. Yeoja yang bersama dengan Jun Hee itu? Nuguya?”

            “Aaaaah, dia itu….tadi Jun Hee bilang padaku tentang Eonni-nya. Aku yakin pasti itu Eonni Jun Hee,” terang Yoochun sambil menerka-nerka.

            “Hmm, seperti pernah melihatnya. Aku familiar dengan wajahnya,” tutur Jaejoong sambil mencoba mengingat-ingat kembali, barangkali memang ia pernah melihat yeoja itu.

            “Aaah, tak heran denganmu, Hyung! Tentu banyak orang yang pernah kau lihat. Mungkin saja dia pasienmu atau apa. Nggak usah heran dengan orang yang model seperti itu, deh. Pasti banyak. Kau kan seorang dokter, pasti juga pernah melihat atau bahkan menangani orang begitu. Gimana sih? Gitu saja kok repot?” celoteh Changmin.

            “Iya iya, Changmin-ah, tak usah sewot begitu, dong. Benar juga mungkin dia pasienku,” lanjut Jaejoong pasrah karena tersudutkan oleh celotehan Changmin.

            “Dan,,,, namanya?” tanya Junsu.

            “Namanya…… siapa yaa?? Hmmm,,, Go…..,” kata Yoochun sambil mengeluarkan ekspresi antara berpikir atau mengingat-ingat. Padahal ia tak tahu sama sekali karena tak pernah menanyakannya pada Jun Hee.

            “Go…??” terka Yunho sangat penasaran.

            “Go Hye Sun?” kini giliran Changmin mencoba menebak.

            “Hya! Micheoseo? Mana mungkin namanya Go Hye Sun, hahahaha,” Yoochun menanggapinya sambil tertawa.

            “Lalu Go siapa?” tanya Jaejoong.

            Dengan spontan Junsu nyeplos, “Go ….. Go A-R-A!!!” yang sontak membuat mereka semua tertawa terbahak-bahak, kecuali satu orang yang mendadak murung dan mulai cemberut. Tentunya tawa keras mereka mengundang banyak sorotan mata dari pengunjung lain di restoran di mana mereka berada sekarang ini, tak terkecuali Go Ara dan Go Jun Hee yang sangat heran dengan tingkah mereka. Lalu keduanya tiba-tiba pergi dari tempat itu karena apa yang menjadi tujuan mereka untuk makan di tempat ini telah usai.

            BRAK! Gebrakan tangan Yunho pada meja menghentikan semua desir tawa pada wajah Jaejoong, Yoochun, Junsu, hingga Changmin sekalipun.

            “Candaan ini tak lucu sama sekali!” tukas Yunho dengan amarahnya. Kemudian ia bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan keempat kawannya yang hanya berdiam diri di tempat duduknya masing-masing dengan perasaan serba salah.

            Yunho yang pergi meninggalkan mereka menyadari bahwa orang yang baru saja mereka bicarakan baru saja beranjak pergi meninggalkan restoran ini. Dengan segera Yunho menghentikan kedua yeoja yang menjadi pembicaraannya tadi dengan kawan-kawannya.

            “Changkemaneyo,” seru Yunho mencoba menghentikan langkah keduanya. Lalu Yunho langsung menuju ke arah hadapan kedua yeoja tersebut. Memandang Ara, yang baginya merupakan yeoja bernama Jun Hee dengan sangat tajam, bermakna dan dalam. Hal ini tentunya mengundang keheranan yang mendalam oleh Jun Hee, terlebih Ara yang mengalaminya secara langsung.

            “Yunho-sshi, waeyo?” tanya Ara.

            “Mahrebwayo, kamu ini sebenarnya siapa?” tanya Yunho balas bertanya pada Ara. Ara yang dikejutkan dengan seribu kebingungan untuk menjawab pertanyaan Yunho menoleh ke arah Jun Hee yang juga turut keheranan.

            “Aku duluan, nanti kamu langsung menyusul saja jika urusanmu sudah selelsai,” ujar Jun Hee berniat menjauh dari pembicaraan keduanya.

            “Ani, tunggu di sini. Neo ireumi…..,” kembali Yunho menahan yeoja yang dikenalnya sebagai kakak Jun Hee itu, memandang dan menatapnya dalam dengan waktu yang tidak sebentar.

            “Yunho-sshi…!!!” bentak Ara pada Yunho yang berperilaku aneh terhadap Eonni-nya.

            “Aku tunggu kamu di mobil,” pungkas Jun Hee yang kemudian berlalu.

            Kembali Yunho mulai bingung akan apa yang baru saja ia lakukan. Ia bimbang akan hati dan perilakunya yang semakin aneh di mata orang yang memandangnya. Ia mulai mengalihkan pandangannya ke arah yeoja yang dikenalnya sebagai Jun Hee. Ia kembali menatapnya dengan tatapan dalam dan tajam yang mengisyaratkan sesuatu.

            “Yunho-sshi, jika tidak ada yang mau kau katakan padaku, aku yang akan pergi,” gertak Ara yang mulai tak tahan dengan kelakuan namja di hadapannya ini.

***

Sementara itu, Jaejoong, Yoochun, Junsu dan Changmin yang ditinggalkan oleh Yunho begitu saja hanya dapat menunggu makanan pesanan mereka sambil merumpikan hal aneh yang baru saja terjadi, termasuk di dalamnya sikap Jun Hee dan Yunho yang sama-sama janggalnya, sama-sama merajuk tanpa alasan.

            “Hya! Rupanya Yunho menyusul Jun Hee. Lihatlah!” ucap Yoochun setelah melihat Yunho sedang berhadapan dengan yeoja yang dikenalnya, Jun Hee.

            “Kukira ia pergi karena kesal dengan kita,” timpal Changmin.

            “Sebenarnya ia pergi karena kesal atau karena ingin menghampiri Jun Hee, sih?” tanya Junsu penasaran.

            “Jun Hee-sshi,” sebut Yoochun lemas. “Baru saja aku merasa sangat senang bertemu denganmu lagi untuk kesekian kalinya. Tapi kenapa tadi kamu bersikap seperti itu padaku? Aku salah mengabaikan pembicaraanmu tadi. T.T”

            “Hyung! Kalau memang merasa bersalah, pergi minta maaf sana sama Jun Hee. Jangan bilang di sini!” omel Junsu.

            Yoochun memandang Junsu tajam. “Kamu juga! Pergi sana minta maaf sama Yunho-Hyung. Kamu salah, kamu mengejeknya,” balasnya.

            “Dan kalian ikut menertawakannya,” ujar Junsu menyudutkan yang lain. “Jaejoong-Hyung! Yunho-Hyung akan marah padaku tidak, ya? Aku takut Yunho-Hyung memusuhiku,” tanya Junsu dengan polos dan ragu-ragu.

            “Tentu saja dia marah. Kau keterlaluan, Junsu!” kata Changmin lantang.

            “Aku bertanya pada Jaejoong-Hyung, bukan padamu Changmin-ah!” balas Junsu lebih tegas kali ini. “Kau, tadi kamu panggil aku apa, ha? Hya, Changmin-ah!

            “Junsu! Wae?” timpal Changmin lagi dengan sangat percaya diri. Hanya dibalas tawa kecil oleh Yoochun dan Jaejoong yang tidak bisa berkata apa-apa lagi.

            “Kadang-kadang aku merasa kasihan juga dengan Yunho yang tak pernah bisa move on dari Go Ara itu,” ujar Jaejoong kemudian. “Dia, seharusnya bisa menemukan yeoja yang jauh lebih baik dari Go Ara,” sambungnya.

***

“Yunho-sshi…!!!” panggil Ara lagi kepada Yunho, membangunkan lamunannya.

            “Arasseo, mian. Mianhaeyo. Aku yang salah. Aku salah. Maafkan aku. Kamu bisa pergi, meonjeo ggasseoyo,” kata Yunho merasa bersalah sambil dengan berat hati merelakan apa yang menjadi ganjalan di hatinya pergi tanpa jawaban.

            “Annyeongi kkesseyo,” akhir salam dari Ara yang kemudian pergi menyusul Eonni-nya.

            Tak lama kemudian Yunho kembali ke tempat teman-temannya berada dan kembali merasakan ganjalan di hatinya tentang candaan Junsu yang menyetuskan tentang Go Ara tadi. Hanya karena Junsu menyerukan nama Go Ara tadi, hatinya bisa menjadi sangat kacau begini. Hanya karena Junsu menyeletukkan nama Go Ara tadi, pikirannya bisa melayang-layang mengingat-ngingat kembali sosok Go Ara seperti ini. Hanya karena sedikit kejadian yang berhubungan dengan Go Ara tadi, bahkan bisa-bisanya dia dengan mudah terpancing dengan yeoja yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu itu, bahkan hampir saja ia mau menganggap yeoja itu adalah yeoja pujaan hatinya selama ini.

Meskipun dalam hati Yunho terus bertanya-tanya tentang kejanggalan Jun Hee dan kakaknya tadi, mengenai Jun Hee yang tidak mau kembali dipanggil dengan nama Jun Hee seperti yang ia dengar dari perkataannya dengan Yoochun sebelum ini, namun ia tidak dapat memungkiri bahwa apa yang dia lakukan tadi seperti hendak menginterogasi Jun Hee –baginya adalah hal yang salah. Harusnya Yunho tidak mencampuradukkan hati dan perasaannya bersamaan dengan rasa curiganya  terhadap orang lain seperti itu. Lagi-lagi dia hanya bisa merenung karena merasa galau. Lalu, yang terjadi setelahnya di antara mereka berlima hanyalah keheningan, sehening muka Yunho saat ini.

Hyung! Mianhae,” kata Junsu segera setelah mendapati Yunho kembali pada tempatnya.            

Dweoseo. Lupakan saja semua itu,” balas Yunho singkat.

***

Sementara Go Ara sendiri pulang ke rumah dengan membawa pertanyaan-pertanyaan aneh tentang Yunho melalui kejadian aneh yang baru saja ia alami bersama Yunho. Jun Hee juga melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sama anehnya dengan apa yang ada dalam pikiran Ara. Dan tentu saja Ara hanya dapat menjawabnya dengan balasan ‘tidak tahu’, karena Ara sendiri sebenarnya tidak tahu apa yang ada dalam pikiran dan benak namja bernama Yunho itu hingga bersikap demikian aneh terhadap dirinya. Pria yang sangat aneh, batinnya dalam hati.

“Ah, Ara-yah!” panggil Jun Hee kemudian mengejutkan Ara yang sedang konsentrasi dengan perjalanan yang tengah mereka tempuh saat ini. “Namja yang kamu ajak bicara di luar tadi itu, kok dia memanggil namaku, ya? Apa iya dia mengenalku? Nyatanya dia adalah temanmu.”

“Ooh, keu….. Aku juga tidak tahu, Eonni-ya. Mungkin saja dia memang mengenalmu.”

“Tapi aku nggak kenal dia sama sekali, Ara.”

Ara memutar kedua bola matanya sembari berpikir harus menggunakan alibi macam apa agar membuat Eonni-nya ini percaya dan tidak curiga padanya. “Mungkin….dia adalah salah satu pasien atau pelangganmu yang pernah kau tangani. Bisa saja Eonni lupa jadi tidak mengenalinya.”

“Hmm, rasa-rasanya sih nggak pernah berhadapan dengan namja seperti itu, tapi entahlah,,, mungkin memang benar katamu, aku saja yang lupa dan tidak mengenalinya.”

Geurae,” balas Ara mengakhiri pembicaraan.

***

Go Jun Hee dan Go Ara tiba di rumah dan mendapati Nyonya Go sudah menunggu mereka di ruang keluarga. Nonya Go memandang ke arah kedua putrinya tanpa ekspresi. Antara ekspresi senang atau justru sebaliknya, ekspresi geram akan kemarahan dalam hatinya, sungguh ekspresi datar yang tidak dapat ditebak. Ara yang tak mengerti akan arti pandangan tersebut hanya dapat tertunduk tak berdaya.

“Kami pulang, Eomma,” kata Jun Hee menyapa Eomma-nya.

            “Eomma tak peduli apa yang kalian lakukan di luar sana. Eomma hanya akan menegaskan kepadamu, Jun Hee-yah. Bahwa Eomma tak suka kau pergi dengan dia,” tutur Nyonya Go sambil menunjuk Ara dan memandang sinis ke arahnya.

            “Eomma,” seru Jun Hee.

            “Sekarang, Eomma perlu bicara denganmu. Buat dia jauh-jauh dari sini,” tambahnya.

            DEG! Begitu terkejutnya Ara mendengar perkataan Eomma-nya yang dengan jelas ditujukan kepada dirinya, dan itu sangat menyayat hati kecilnya yang semakin lama semakin rapuh dan tak berdaya dengan sindiran bahkan hinaan dari Eomma-nya sendiri.

            “Ara-yah, masuklah terlebih dahulu saja, aku akan menyusulmu,” kata Jun Hee.

            “Aku akan meletakkan barang-barang ini di kamarmu, Eonni,” lanjut Ara lemas.

            “Eoh!” jawab Jun Hee.

            Ara mulai menaiki tangga menuju lantai 2, berniat untuk meletakkan barang-barang belanjaannya di kamar Jun Hee. Tapi ia tak bisa menahan dirinya untuk dapat melawan keinginan dalam hatinya, yaitu untuk mendengarkan pembicaraan antara Hyun Joong dan Jun Hee, ibu dan kakaknya sendiri. Karena yang ia yakini sekarang ini adalah apa yang akan mereka bicarakan ini adalah menyangkut dirinya. Menyangkut sikap Eonni yang terlalu baik padanya dan kebencian Eomma yang mendalam terhadap Ara karena kesalahan yang telah dilakukannya, yang membuat hati Eomma-nya sangat kecewa. Samar-samar ia dapat mendengar pembicaraan keduanya dari tangga menuju lantai 2 di rumahnya.

            “Mengapa kamu memberi harapan palsu yang begitu besar padanya, Jun Hee-yah?” kata Go Hyun Joong pada putri pertamanya itu.

            “Harapan palsu, Eomma? Aku tak memberikannya harapan palsu. Bagaimana Eomma menganggapnya demikian?”

            “Jelas, Eomma sangat mengenal dirimu, Jun Hee-yah. Bukankah selama ini kamu yang bersikeras dan selalu teguh pada pendirianmu tentang perjodohan Ara dan Yong Hwa ini?

            “Memang benar begitu, Eomma. Tapi bukan berarti……”

            “Lalu kenapa kamu malah mengacuhkan Ara dan tidak berada di pihak Eomma sama sekali seperti ini?” sela Hyun Joong mulai naik darah. “Kamu membelanya, Jun Hee-yah. Kamu membuatnya merasa berharga dan tidak merasa bersalah sama sekali setelah menolak perjodohan ini. Apakah kamu tidak berpikir sejauh itu, Jun Hee-yah!!!” gertak Hyun Joong semakin geram.

            “Eomma!”

            “Tidakkah kamu mengerti maksud dari kemarahan Eomma  ini, Jun Hee-yah? Semata-mata hanya agar Go Ara dapat memenuhi janji keluarga Go untuk menikahi satu-satunya pewaris keluarga Jung itu, demi menggantikan dirimu juga sebagai putri pertama. Dengar, Jun Hee-yah! Mulai sekarang, walaupun Ara sudah kembali ke tempat ini sekalipun, kamu tidak usah berpura-pura baik padanya. Kamu abaikan saja dia seperti Eomma mengabaikannya. Sampai nanti tiba saatnya dia akan mengemis-ngemis pada kita untuk mengakhiri semua ini dan memutuskan untuk menikah dengan Yong Hwa,” terang Go Hyun Joong hingga membuat putrinya tertunduk mematung tanpa adanya pertentangan darinya.  

Dua fakta yang sangat mengejutkan hati Ara baru saja secara gamblang ia terima. Fakta bahwa sebenarnya bukanlah ia yang seharusnya berada di posisinya saat ini, di mana ia diwajibkan bersanding dengan pewaris keluarga Jung sesuai dengan kesepkatan perjodohan antara keluarga Go dan keluarga Jung. Melainkan kakaknya sendiri lah yang harusnya menempati dan menyandang sebagai istri pewaris Jung tersebut. Dan yang kedua adalah fakta di mana orang yang mungkin menjadi satu-satunya harapan ia tetap tinggal di rumah ini kini tak dapat dengan mudah ia percayai lagi. Seseorang itu tidak dapat lagi menjadi curahan keluh kesah hatinya yang kelak akan semakin tak karuan karena amukan dan amarah Eomma-nya yang bisa ditujukan padanya kapan saja.

Mendengar sedikit saja percakapan antara kakak dan ibunya, Ara sudah tak mampu mendengar hal buruk lainnya yang mungkin akan terkuak dan semakin menyiksa hati Ara lebih dalam lagi. Ia memutuskan untuk masuk kamar dan mengurung dirinya di kamar hingga larut malam. Hingga tengah malam pun akhirnya ia memutuskan untuk mengemasi sedikit barangnya dan pergi meninggalkan rumah tanpa salam atau pamit, baik kepada Eomma maupun Eonni-nya.

Kakinya terus melangkah menyusuri jalan yang ada tanpa arah dan tujuan. Wajahnya tertunduk lemas tanpa ekspresi, namun di balik wajah tanpa ekspresi itu, air matanya tak henti-hentinya mengalir membasahi pipi mungilnya. Tubuh dan hatinya sama-sama rapuhnya saat ini. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk melangkahkan kakinya menuju apartemen milik Yong Hwa yang jarang ditempati oleh pemiliknya itu, yaitu apartemen yang digunakan Ara setelah pulang dari London.

            “Nomor 12-25. Aku sudah mendapat ijin dari pemiliknya untuk tinggal. Anda tidak perlu memberitahukannya pada Yong Hwa-sshi,” ujar Ara pada penjaga apartemen.

            “Ne.”

            Mianhae, Oppa,’ batinnya dalam hati.

To Be Contiued

*****